Menyoroti Kepala Densus 88 Polri, Inspektur Jenderal Polisi Marthinus Hukom pasca kejadian bom bunuh diri di gereja Katedral, Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu pagi.
Kapolri Listiyo menyebut, L, pelaku bom bunuh diri bersama dengan istrinya yang berinisial YSF merupakan bagian dari Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
Sebelumnya JAD pernah melakukan aksi serupa di Katedral Our Lady of Mount Carmel, Pulau Jolo, Filipina Selatan.
Tak hanya Kapolri, Presiden Jokowi juga menaruh harapan besar dengan Irjen Marthinus.
Bagi warga Indonesia terlebih umat nasrani, Marthinus wajib mengungkap jaringan terorisme itu.
Pasalnya bukan kali pertama kejadian serupa terjadi, beberapa kali teroris melancarkan aksinya di tempat ibadah di antaranya gereja dan masjid.
Kekinian, Marthinus bersama anak buahnya sedang memburu semua anggota teroris yang berkaitan dengan aksi bom bunuh diri di Makassar itu.
Meski tengah mendapat tugas besar kali ini, ternyata Marthinus sudah pernah terlibat dengan tugas serupa.
Melansir dari VIVA.co.id, Marthinus ternyata orang yang pernah bersama-sama menangkap gembong teroris Imam Samudera pada November 2002 silam.
BACA JUGA: Orang Tua Pelaku Bom di Katedral Makassar Datangi Polda Sulsel, Ada Apa?
Lalu bagaimana perjalanan karir sosok Marthinus? Berikut ini selengkapnya.
Marthinus lahir di Ameth, Nusalaut, Maluku Tengah, Maluku, 30 Januari 1969.
Ia merupakan lulusan Akademi Kepolisian tahun 1991 dan saat ini berusia 52 tahun.
Selanjutnya, Marthinus mengemban jabatan Kepala Densus 88 Antiteror Polri sejak 1 Mei 2020.
Kebanyakan, Marthinus mengemban tugas di Densus 88 dan ia juga berpengalaman di bidang reserse.
Jabatan terakhir jenderal bintang satu ini adalah Wakil Kepala Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri.
Karir Marthinus di Polri sangatlah cermelang.
Terbukti, ia mendapat kenaikan pangkat luar biasa saat tergabung dalam tim Ditserse Polda Metro Jaya, yang menangkap teroris Imam Samudra di Pelabuhan Merak, Banten.
(Mel/Ana)