Romo Edy Menori/Foto: Sabin

Bangnes.com - Pendapatan Asli Daerah (PAD) sangat kecil di Nusa Tenggara Timur (NTT), tetapi pengusaha tetap saja memaksa menjadi kawah tambang patut dicurigai sebagai investor yang lalim. Sikap brutal pengusaha merangkap investor seperti ini adalah upaya kesengajaan untuk menghancurkan daerah NTT.

Data Badan Pusat Statistik 2014, misalnya, menyebutkan pada triwulan ketiga tahunlalu, dari total Rp 3.96 triliun Produk Domesti Regional Bruto (PDRB) NTT, sektor pertambangan memberikan kontribusi sebesar Rp 54 miliar atau hanya 1,37%. Sementara sektor pertanian yang mendominasi yaitu sebesar Rp 1,57 triliun atau setara dengan 39,73%.

Pastor Edigius Minori, Ketua Komisi Sosial (Komsos) keuskupan Ruteng kepada media ini, Minggu (1/3/2015). Hal tersebut dikatakannya menyusul adanya kabar terkait maraknya tambang di provinsi yang sedang dipimpin Frans Lebu Raya itu. Warga lokal yang menggantungkan hidup pada pada sektor pertanian menjadi miskin di daerahnya sendiri karena tanah dirampas hanya untuk pertambangan.

“Penguasa seperti ini hanya menunggang jabatannya dan dukungan rakyat untuk memperkaya diri dan kelompoknya, selanjutnya untuk kepentingan melanggengkan kekuasaan,” demikian kata Pastor Edigius.

Ia mengaskan, fakta membuktikan tambang di NTT tidak ramah lingkungan dan tidak mensejahterakan rakyat. Apalagi, topografi NTT yang berbukit dan sedikit dataran rendah, tidak layak sebagai lahan pertambangan, karena merusak alam, pariwisata dan tanah pertanian warga.

Dalam konteks ini, gereja di NTT dan sejumlah elemen lain yang melakukan penolakan terhadap investasi pertambangan merupakan renungan yang menyentuh eksistensi manusia. Hidup bukan untuk hari ini saja, melainkan merentang ke masa depan. Hidup tidak hanya berlangsung di atas gelimang kemewahan barang tambang yang hanya dinikmati oleh segelincir manusia, tetapi terkait dengan keberlanjutan generasi.

Mengutip data dalam buku Monster Tambang, Gerus Warga Nusa Tenggara Timur (2013) tulisan Ferdy Hasiman, misalnya, jumlah pemohon izin di kabupaten Kupang sampai Desember 2010 terdapat 80 perusahan tambang yang rata-rata sudah beroperasi. Di Timor Tengah Utara terdapat 32 perusahan tambang dengan mencaplok luas wilayah sebesar 36.238, 50 hektar. Selain itu, contoh lain misalnya, di kabupaten Manggarai, bupati telah mengeluarkan 22 Izin Usaha Pertambangan (IUP), masing-masing, di kecamatan Reo dengan luas sebesar 26. 480,07 hektar, meskipun kecamatan itu hanya seluas 59. 541 hektar.

Padahal dalam aturan tata ruang nasional, sebut Ferdy, dilarang menambang dekat dengan pemukiman warga dan areal hutan lindung karena merusak ekosistem alam dan komunitas warga lokal.

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) total jumlah IUP di NTT yang diterbitkan dalam kurun waktu 2008-2012 mencapai 126 IUP dengan total luas mencapai 2.364,63 kilometer persegi atau sekitar 5% dari total luas daratan NTT 48.718,1 kilometer persegi.

Tambang di NTT memang sudah menjadi mimpi buruk bagi seluruh pembangunan. Sumber-sumber kehidupan rakyat kecil hancur. Iklim dan musim berubah-ubah dan lahan pertanian semakin mengering.

Setubuh Penguasa dan Investor
Dikatakannya, kekuatan besar pengendali roda kehidupan berbangsa ada pada tangan penguasa dan investor. Masing-masing kekuatan ini, kata Edigius, memiliki kekuatan yang luar biasa, apalagi kalau keduanya berselingkuh.

Ia menjelaskan, kedua kekuatan ini saling mengendalikan untuk bisa mewujudkan ambisi mereka. Jenis kepentingannya ada dua yaitu politik dan ekonomi. “Yang dikejar jelas bukan ‘bonum commune’ melainkan kepentingan ekonomi dan kelompok,” kata Edigius yang juga Pastor moderator Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Ruteng itu.

Kata dia, penguasa cendrung mengamankan kedudukannnya dengan sokongan duit. Sedangkan investor meraih keuntungan ekonomis dengan jaminan regulasi dan kebijakan yang dibuat penguasa. “Perselingkuhan dua kekuatan ini berciri simbiosis mutualisme,” tegas Edigius.

Menurut Kepala Yayasan Sukma Keuskupan Ruteng ini, negeri ini akan hancur kalau penguasa dan pengusaha lalim ada pada satu tangan atau setubuh. “Saya kwatir Tuhan pun bakal ditaklukan dan diusir ke Surga,” ujarnya.

Sabin, Ruteng